Obituari: Lisminto Hampir 3 tahun kami tinggal di kontrakan yang sama di Haur Mekar. Orangnya tenang, kritis, celotehnya bernas dan cerdas. Wajar jika dalam perjalanan karirnya banyak invensi yang dihasilkan (ref tulisan Hengki: 00:37, 24 Maret 2019). Salah satunya, seingat saya adalah aspal. Campuran katalis yang ditemukannya menjadikan kualitas aspal terungkit sebagai aspal Buton yang terkenal itu. Kami jarang ketemu sejak kami selesai S1. Saat awal STTCipasung yang dikelola oleh Kyaine Chobirberdiri, kami bersama ikut mneghadiir peresmian yang dilakukan oleh Bang Hatta ynag saat itu Menristek. Terakhir saya - tepatnya melihat - Lis di AIPI tanggal 20 Des'18 dalam pagelaran ttg Defisit Neraca Pembayaran. Menemani Mas Bagyo dari TK dan juga Bang Tatang, Lis hadir untuk mendorong pemanfaatan produk temuan anak bangsa yang disebut Katalis Merah Putih. Kami tidak sempat berbincang, krn saya harus balik duluan. Dia duduk di depan, saya di belakang di samping P Saswinadi. Merespon WA appresiasi saya atas temuan Katalis Merah Putih dan sudah diproduksi hingga 150 Ton, di bawah ini respon Lisminto tanggal 21 Des'18 yang rupanya WA terakhir darinya. Selamat jalan Lis ...... invensimu menjadi doa tersendiri bagi keluasan kubur dan kelancaran jalanmu menuju Jannatul na'im. Insya Allah. ##### [12/21/2018, 10:01] Lisminto: Musuh bersama itu bernama : "Defisit Neraca Pembayaran".
Korea Selatan bisa lari cepat menggapai kemajuan, konon karena punya musuh bersama. Yakni : :jangan kalah dari Jepang dan Korea Utara.
Iran maju karena terjenot negara-2 Arab plus USA.
Malysia zaman Mahatir jilid 1, mempunyai musuh keterbelakangan dan ingin mengejar Singapura.
Dari Pagelaran ilmiah Aipi Kamis kemarin - rasanya kita sepakat bahwa musuh kita bersama adalah defisit neraca pembayaran.
Siapapun diantara kita - seluruh rakyat Indonesia yg berkontribusi untuk menurunkan defisit, hrs diapresiasi. Tks
Obituari: Lisminto
BalasHapusHampir 3 tahun kami tinggal di kontrakan yang sama di Haur Mekar. Orangnya tenang, kritis, celotehnya bernas dan cerdas. Wajar jika dalam perjalanan karirnya banyak invensi yang dihasilkan (ref tulisan Hengki: 00:37, 24 Maret 2019). Salah satunya, seingat saya adalah aspal. Campuran katalis yang ditemukannya menjadikan kualitas aspal terungkit sebagai aspal Buton yang terkenal itu.
Kami jarang ketemu sejak kami selesai S1.
Saat awal STTCipasung yang dikelola oleh Kyaine Chobirberdiri, kami bersama ikut mneghadiir peresmian yang dilakukan oleh Bang Hatta ynag saat itu Menristek.
Terakhir saya - tepatnya melihat - Lis di AIPI tanggal 20 Des'18 dalam pagelaran ttg Defisit Neraca Pembayaran. Menemani Mas Bagyo dari TK dan juga Bang Tatang, Lis hadir untuk mendorong pemanfaatan produk temuan anak bangsa yang disebut Katalis Merah Putih.
Kami tidak sempat berbincang, krn saya harus balik duluan.
Dia duduk di depan, saya di belakang di samping P Saswinadi.
Merespon WA appresiasi saya atas temuan Katalis Merah Putih dan sudah diproduksi hingga 150 Ton, di bawah ini respon Lisminto tanggal 21 Des'18 yang rupanya WA terakhir darinya.
Selamat jalan Lis ...... invensimu menjadi doa tersendiri bagi keluasan kubur dan kelancaran jalanmu menuju Jannatul na'im.
Insya Allah.
#####
[12/21/2018, 10:01] Lisminto:
Musuh bersama itu bernama : "Defisit Neraca Pembayaran".
Korea Selatan bisa lari cepat menggapai kemajuan, konon karena punya musuh bersama. Yakni : :jangan kalah dari Jepang dan Korea Utara.
Iran maju karena terjenot negara-2 Arab plus USA.
Malysia zaman Mahatir jilid 1, mempunyai musuh keterbelakangan dan ingin mengejar Singapura.
Dari Pagelaran ilmiah Aipi Kamis kemarin - rasanya kita sepakat bahwa musuh kita bersama adalah defisit neraca pembayaran.
Siapapun diantara kita - seluruh rakyat Indonesia yg berkontribusi untuk menurunkan defisit, hrs diapresiasi.
Tks